Dalam bahasa yang mudah dipahami, wharf disini maksudnya adalah dermaga. Di Dumai, banyak sekali dermaga, tempat kapal berlabuh atau bersandar. Khusus kali ini, kami mendapatkan kesempatan untuk berkunkung ke dermaga kapal tanker minyak. Di area dermaga, kami akan fokus untuk menangani rencana perbaikan struktur dan bagaimana mencegah agar tidak terjadi kerusakan pada bagian-bagiannya.

Hari Rabu sore, kami berangkat bertiga. Saya, Libert, dan Deni. Jadwal sore sengaja kami pilih karena cuaca sedang tidak menentu. Jadi, kami bisa menginap dulu di Bukit Mayang (dulu katanya namanya Bukit Jin), salah satu fasilitas camp yang disediakan perusahaan. Komplek ini rapi, bersih, tertata dengan baik meskipun hampir tidak ada kehidupan manusia selain di fasilitas penginapan dan mess hall.

Layaknya camp lain, camp ini juga tidak luput dari agresi monyet liar. Monyet yang paling banyak populasinya disini adalah monyet yahg ekornya mirip ekor babi. beberapa orang mengenalnya dengan sebutan beruk. Belum pernah saya melihat monyet jenis lain di Dumai ini. Paling lengkap jenis monyet yang pernah saya temukan ya di Duri. Selain beruk, ada monyet hitam ekor panjang yang hobinya nangkring nyari makanan di pohon saga tetangga. Ada juga yang menyebut monyet ini lutung. Satu lagi yang cukup langka, dan jarang bisa dilihat penampakannya adalah owa. Seringnya di hutan komplek belakang rumah, menggantung di posisi paling tinggi dan bersuara nyaring. Munculnya hanya pagi hari saja. Jarang-jarang dia mampir siang. Kalau sorea atau malam sudah pasti tidak pernah. Sungguh suara yang sangat indah di pagi hari.

Kembali ke penginapan. Kualitas tampak luar bangunan di Bukit Mayang cukup indah. Resepsionis di Gedung Rupat juga saya rasa cukup superior dibanding resepsionis penginapan di Minas dan Rumbai. Lanjut ke dekorasi kamar, kualiasnya jauh di bawah Minas dan Rumbai. Kamar relatif kecil dan kamar mandi relatif kotor. Kalau urusan amenity saya rasa standar. Bagusnya, FM Dumai selain menyiadakan sabun juga menyediakan sikat gigi beserta pastanya. Fasilitas sekelas bintang 2 menurut saya. Namun, cukup bersyukur bisa merasakan penginapan di Dumai setelah 4 tahun.

Malam harinya, kami mencoba ke Kota Dumai untuk memuaskan hasrat gastronomi. Pilihan makan malam kami jatuh di Soto Padang BBC. Lokasinya sederetan dengan Bakso Rahayu. Walaulun namanya soto padang, kami tidak ada yang memesan soto padang. Saya sendiri memesan burger. Selesai makan besar, kami pun nongkrong-nongkrong cantik di Viena Coffee. Sayang, saya salah posisi duduk. Kaki dikerubungi nyamuk mulu.

Keesokan harinya, kami diterima meeting oleh Mas Bashari selaku TM IM Marine di Dumai Office. Oya, Dumai Office ini letaknya beda tempat dengan wharf. Kalau wharf ini bersebelahan dengan pantai, Dumai Office dekat dengan Bukit Mayang dan kantor Pertagas. Kami membahas mengenai beberapa hal termasuk rencana perkuatan struktur, proteksi katodik, sistem coating, dsb. Diskusi berjalan hangat dan sebelum siang kami pamit. Hari sempat gerimis. Kalau tidak buru-buru ke wharf, bisa-bisa kami terjebak dan kehujanan nantinya.

Siang pun tiba, kami sudah di wharf untuk melakukan visit. Selama berada di tempat, kami diwajibkan menggunakan pelampung. Setelah mendapatkan insight atas hal-hal yang kami inginkan, sore pun kami pulang menuju Duri.

Shares:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *